Selasa, 28 Juni 2011

PANDUAN MENTERNAK ITIK PEDAGING

Biasanya itik dibela di kawasan yang berparit atau berkolam kerana dipercayai itik memerlukannya dalam kehidupan untuk membesar dan membiak. Kebelakangan ini didapati bahawa itik-itk yang dibela secara intensif tanpa air untuk berenang lebih cepat membesar dari sebaliknya. Dengan menggunakan baka yang baik, pengurusan yang sempurna dan makanan yang seimbang, itik pedaging lebih cepat membesar daripada ayam.

Catatan ini akan memberi panduan secara ringkas mengenai baka, makanan dan pengurusan yang boleh membantu mereka yang berminat untuk memelihara itik jurusan daging.

Baka itik pedaging

(a) Pekin
(b) Aylesbury
(c) Rouen
(d) Cherry Valley
(e) Muscovy

Potensi itik pedaging mengikut bakanya

Baka

Umur (minggu)

Berat(kg)

Pekin

8

2.8 – 3.0

Rouen

8

2.8 – 3.0

Aylesbury

8

2.7 – 2.9

Muscovy

16

4.5 – 5.0 (jantan), 2.5 – 3.0 (betina)

Cherry Valley

47 hari

3.2 (FCR 2.8 : 1)

C.P Duck

47 hari

3.0 (FCR 2.8 : 1)

Reban itik

Keadaan iklim di Malaysia adalah basah dan lembap sepanjang tahun. Reban itik patut dibina dengan rekabentuk yang sesuai bagi mengurangkan kepanasan dan mengawal kelembapan. Bumbung yang tinggi (3 meter dari paras lantai) dan dinding yang berjaring/terbuka membolehkan udara bebas bergerak. Penggunaan bahan-bahan tempatan seperti kayu hutan, buloh dan atap nipah/rumbia adalah digalakkan.

Luas lantai daripada 0.19, 0.28 dan 0.37 meter persegi (2, 3, 4 kaki persegi) seekor tidak menunjukkan kesan yang buruk dalam pembesaran dan pemakanan seperti ayam, itik juga boleh dibela dengan menggunakan lantai sampah tebal atau lantai tinggi (beluti atau kawat jaring)

Perindukan

Alat-alat yang diperlukan:

(a) Hover/lampu
(b) Tempat makan
(c) Tempat minum
(d) Pembentung (kadbod atau kawat jaring setinggi 12″)
(e) Abuk kayu/sekam padi

Persediaan

(a) Sekat 1/3 bahagian reban untuk perindukan
(b) Tabur abok kayu/sekam padi setebal 2-3 inci
(c) Buatkan lengkungan bulatan
(d) Nyalakan hover/lampu sebelum itik dimasukkan
(e) Sediakan makanan (2 buah tempat makan bagi setiap 100 ekor)
(g) Sediakan air (2 buah tempat air (2/3 gelen) bagi setiap 100 ekor)

Pembelaan

Umur 0 – 2 minggu

(a) Celupkan paruh anak-anak itik ke dalam air sebelum memasukkan ke dalam
lengkungan bulatan
(b) Air bolehlah dicampur dengan ‘anti-stress’ selama 3 hari
(c) Lampu/hover dipasang diwaktu malam selama 1 minggu. Jika musim hujan
tambah seminggu lagi
(d) Pastikan air lantai sentiasa kering. Tukar/tambah jika basah
(e) Air hendaklah sentiasa ada
(f) Besarkan pembentung (lengkungan bulatan) selalu. Buka lengkungan bulatan
selepas 10 – 14 hari.

Membesar ( 3 – 8 minggu )

(a) Anak itik boleh dibela di reban yang sama dari kecil hingga dijual, dengan
keluasan yang cukup.
(b) Tempat air hendaklah cukup dalam bagi membolehkan itik menyelupkan
keseluruhan keseluruhan kepalanya ke dalam air
(c) 3 buah tempat makan gantung cukup untuk 100 ekor
(d) Selepas 3 minggu anak-anak itik bolehlah dibiarkan keluar di kawasan yang
berpagar di waktu siang.

Makanan

(a) Duck Broiler Starter – (1 hari hingga 14 hari)
(b) Duck Broiler Finisher – (15 hari hingga 7/8 minggu)

Contoh campuran makanan :


Bahan

Starter ( % )

Finisher ( % )

(a)

Jagung halus

55.5

68.0

(b)

Hampas kacang soya

32.0

21.0

(c)

Abuk ikan

6.0

5.0

(d)

Lemak

3.0

3.0

(e)

Galian

2.5

2.0

(f)

Vitamin

1.0

1.0

Pasaran

Itik pedaging dipasarkan pada umur 7/8 minggu atau selepas 14 minggu. Bulu-bulu halus banyak terdapat ketika itik berumur di antara 9 – 14 minggu , susah untuk dibersihkan.

Anggaran berat badan

Umur (minggu)

Berat (kg)

F.C.R (pertukaran makanan)

4

1.7

2.0

5

2.2

2.2

6

2.7

2.4

7

3.2

2.6

Panduan Untuk Penternak

(a) Beli anak itik dari baka yang baik yang digemari oleh pengguna
(b) Elakkan itik dari kekurangan air
(c) Berikan makanan yang bermutu mengikut jadual
(d) Pastikan itik mendapat perlindungan dari hujan/panas dan cuaca buruk
(e) Elakkan lantai dari basah atau lembap semasa perindukan
(f) Jual itik ketika berumur 7/8 minggu untuk mendapat keuntungan yang baik
(g) Tangkap itik dileher atau badannya dan bukan kakinya
(h) Cari pasaran dulu jika hendak membela cara besar-besaran

Telur Asin

Bapak/iu yang terhormat, berikut ini artikel yang bertautan dengan telur asin, semoga bermampaat,

“Membuat Telor Asin”

Bahan :
10 Butir Telor Bebek
10 Sdm Garam Dapur
1000 ml Air

Cara Membuat :

1. Bersihkan telor bebek dengan di gosok / disikat hingga bersih pilih telor yang betul-betul bagus.

2. Siapkan Wadah Tupperware untuk menyimpan / memeram telor bebek ( Dengan menggunakan SIngle Deco ).

3. Tuangkan air kedalam wadah Single Deci lalu masukan garam dan aduk rata, sehingga menjadi larutan air garam.

4. Masukan telor bebek yang sudah bersih kedalam larutan tersebut.

5. Tutup rapat wadah, lalu simpan ditempat yang kering.

6. Untuk telor dengan kadar keasinan rendah disimpan 1 minggu saja, untuk keasingan sedang disimpan selama 2 minggu dan bila ingin sampai “Masir” ( kuning telor sampai keluar minyaknya ) disimpan sampai 3 minggu Selanjutnya telor bisa direbus atau di bikin masakan lain


Selamat Mencoba …. !!

Tips :

1. Cara memilih telor yang baik, letakan telor didalam air bila tenggelam berarti bagus.

2. Dengan menggunakan Tupperware membuat telor asin tanpa abu gosok / bubuk batubata dan lebih gampang dan hasilnya … lembut dan lebih uuueeeenakk….

(Arum Wijayanti – Semarang).

Rela Melepas Pekerjaan demi Usaha Telur Asin

Oleh
Saufat Endrawan

Bandung-Heno Taryana adalah orang yang sangat beruntung. Niatnya untuk menekuni usaha hanya coba-coba, tapi pada akhirnya ia menuai sukses. Ia mampu menjadi pengusaha telur asin yang berhasil di Bandung, yang notabene bukan sentra produsen telur asin.

Bakat wirausaha yang diwarisi dari orang tuanya begitu kuat. Pekerjaannya sebagai staf produksi di pabrik tekstil di Bandung ditinggalkannya demi melanjutkan usaha telur asin yang dirintis orang tuanya. Tekadnya terutama ingin memajukan usaha keluarga, di samping ia merasa tidak cukup bila hanya mengandalkan ijazah SMA-nya saja untuk membangun masa depan keluarganya.
Tepatnya, pada tahun 1997 ia mulai menghidupkan kembali usaha telur asin milik orang tuanya. Usaha itu konon nyaris tidak beroperasi karena sulitnya mendapatkan pinjaman, juga sulitnya mendapat telur bebek dari peternak serta bahan dasar lainnya.
Heno memulai usahanya dengan modal pesangon dari perusahaan sebesar Rp 200.000. Awalnya, dengan kemampuan yang ada, Heno hanya sanggup memproduksi telur asin sebanyak 30 butir. Namun, berkat keuletan dan ketabahannya untuk mengembangkan usaha, akhirnya per hari Heno mampu memproduksi telur asin sebanyak 1.000 hingga 1.500 butir, tergantung ketersediaan telur bebek di pihak para peternak.
Dari lima bersaudara, hanya Heno yang meneruskan usaha keluarganya. Ini karena sejak kecil, dialah yang selalu mendampingi dan membantu kedua orang tuanya dalam proses pembuatan dan pemasaran telur asin ke berbagai pasar yang ada di Bandung. Heno kini memiliki seorang anak laki-laki, Muiz Ilma Tarmizi (4,5) dari hasil pernikahannya dengan Yanti Hanifah (25).
Saat dijumpai SH, Jumat (4/1) siang, di kediamannya yang setengah bangunannya dijadikan tempat untuk memproduksi telur asin di Jalan Sekar Wangi RT 01/01 Kp Sekar Wangi Desa Sekarwangi, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Heno memaparkan awal upayanya merintis kembali usaha telur asin.
Upayanya merintis kembali usaha yang berlabel Telor Asin Lancar, yang telah ditinggalkan kedua orang tuanya itu, antara lain juga karena orang tuanya telah berusia lanjut. Produksi awalnya hanya 10 hingga 30 butir telur saja per hari. Ia menjualnya hanya kepada warung-warung terdekat di rumahnya. Kemudian, karena jumlah permintaan setiap harinya semakin besar, produksi terus ditingkatkan hingga akhirnya kini mencapai 1.000 hingga 1.500 butir per hari.
Telur asin yang diproduksinya kini untuk memenuhi permintaan dari pasar-pasar besar di Kota Bandung dan sekitarnya, seperti Pasar Dulatif, Andr, Ciroyom, serta beberapa pasar yang ada di kabupaten. Malahan, ada pula beberapa langganan yang memesan khusus untuk dibawa ke luar negeri seperti ke Australia. Mereka rutin membawa telur asin produksinya, sebab selain pulen karena berminyak di bagian kuningnya, juga tidak terlalu asin. Telur asin yang diproduksinya bisa bertahan hingga 15 hari. Hal ini karena cara pengelolaannya harus apik.
“Telur asin kami bisa bertahan lama hingga 15 hari, karena kami mencari kualitas telur bebek yang bagus dari para pengangon yang selalu mencari tempat di mana ada sawah yang sedang dipanen, di situlah bebek-bebek mereka disebar. Selain itu, kualitas garam dan abu juga harus baik, agar hasilnya menjadi telur asin yang super,” kata Heno.
Heno kini telah mampu mempekerjakan enam karyawan, yang berasal dari lingkungan keluarganya serta dua tenaga lepas yang diambil dari tetangga terdekatnya. Sedangkan label yang ditempelkan di telur asin produksinya, namanya pemberian dari almarhumah ibunya. Menurut Heno, ibunya memberikan label “Telor Asin Lancar” pada telurnya dengan harapan produksi telur asin anaknya bisa terus lancar hingga turun-temurun.
Heno menjelaskan keuntungan dari memproduksi telur asin tidak terlalu besar, karena dari telur bebek mentah yang dibelinya per butir seharga Rp 650 untuk ukuran kecil dan Rp 700 untuk ukuran besar per butirnya. Rata-rata per butirnya hanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 300, keuntungan tersebut belum dipotong biaya produksi dan gaji karyawan.
Heno mengakui, untuk ukuran telur asin berukuran besar per butirnya dijual ke pelanggan Rp 1.000, untuk ukuran kecil Rp 900. Saat ini usahanya sudah mulai keteteran untuk mendapatkan telur bebek mentah, abu dan garam, karena harganya kian hari kian melonjak. Selain itu, untuk mengukus telur asin yang sudah di-peuyeum (diperam) selama 9-12 hari dengan dibalut adonan abu mengandung garam, sudah tidak lagi menggunakan minyak tanah, tapi menggunakan kayu bakar. “Jika masih menggunakan minyak tanah, biaya operasional kami habis tersedot. Sedangkan harga telur asin di pasaran sulit dinaikkan karena persaingannya sangat ketat,” tutur dia.
Untuk membuat telur asin berkualitas super, diawali dengan melakukan ketrek atau memilih telur yang bagus. Untuk produksinya, dengan cara mendapatkan telur bebek, ia mengejar di mana terdapat pengangon bebek biasanya, mencari tempat-tempat di mana ada daearah yang sedang panen. Terkadang, untuk mendapatkan telor tersebut kami sudah mengontrak pengangon dengan membayar uang terlebih dahulu. Misanya untuk 1.000 telur kami membayar uang dimuka, sehari kemudian dan selanjutnya kami mengejar penganggon tersebut. Karena telur bebek hasil anggon lebih baik kualitasnya daripada telur bebek ternak.
Untuk membuat telur asin sebanyak 1.500 butir dibutuhkan bahan dasarnya 30 kg abu dari pembakaran kulit padi, serta 10 kg garam kasar. Abu dan garam ditambah air diaduk hingga menjadi seperti adonan tanah liat. Setelah itu satu per satu telur dibungkus adonan, kemudian di simpan atau diperam selama 9 hingga 12 hari. Satelah selesai di-peuyeum kemudia dicuci hingga bersih, dan direbus hingga empat jam. Proses pembuatan tersebut rata-rata sekitar 10 persen hasilnya tidak sempurna karena mengalami pecah dan retak-retak. Tapi, telur asin yang retak masih saja bisa dijual dengan harga yang mutah atau ditukar dengan telur bebek yang mentah atau barter dengan bahan dasar pembuatan telur asin seperti garam di pasar.
Dari hasil wirausaha yang digelutinya selama 10 tahun ini, selain telah mampu membeli tanah dan bangunan yang luasnya tujuh tumbak dan sekarang ini ditempati untuk rumah tinggal dan perusahannya. Selain itu, kini juga telah mampu membeli beberapa unit kendaran roda dua untuk membawa telur asin produksinya ke pasar. Dia juga telah memeliki sebanyak 170 ekor bebek yang pemeliharaannya dipercayakan kepada pengangon bebek. “Saya beli bebek agar sewaktu-waktu bila telor dari pengangon sulit didapat, masih ada cadangan telor dara bebek peliharaan saya,” cetus dia.
Kini yang dibutuhkan oleh Heno agar usahanya tetap berjalan adalah suntikan dana, baik dari pemerintah maupun dari perbankan. Sebab, jika tidak ada suntikan modal maka usahanya berjalan apa adanya. Modal yang dimiliknya terkadang tidak berputar karena mengendap di para pengangon. Jika bebek-bebeknya tidak bertelur akibat tidak ada sawah yang panen, uang tersebut mengendap di mereka.
Pernah, tiga tahun yang lalu ia mendapatkan suntikan dana Rp 2 juta dari salah satu perusahaan obat-obatan, namun semakin berkembangnya zaman, modal pun harus ditambah. Selain itu, ia juga pernah mendapatkan bantuan berbentuk peralatan dari Pemkab Bandung berupa teknologi tepat guna (TTG), tempat untuk pengasinan dari bahan dasar stainlessteel yang menampung 1.000 butir telur.
Namun hasilnya tidak bagus. Sebab, alat itu membuat telur-telur retak dan daya serap garamnya tidak maksimal. Karena, sistemnya telur direbus dengan air garam, sedangkan cara yang baik untuk membuat telur asin adalah dengan cara konvensional, bukan dengan cara modern. “Hingga kini alatnya tidak kami pakai dan masih tersimpan di gudang,” jelas Heno. n

Telur Asin Aneka Rasa

Biasanya, orang mengidentikkan telur bebek dengan rasa asin. Tapi, KSM Aneka Rasa di Kelurahan Pasir Gintung justru bisa membuat telur bebek beragam rasa. Adalah Robby, seorang anggota BKM Pasir Gintung yang pertama kali menggagas ide cemerlang tersebut. Awalnya muncul pikiran “nakal” di benaknya, bagaimana jika telur bebek itu tidak hanya berasa asin, melainkan rasa buah-buahan? Lalu, ia dan rekan-rekannya mencoba membuat telur asin aneka rasa. Setelah mencoba berkali-kali, akhirnya mereka memberanikan diri mengadakan pelatihan kepada warga sekitar.

Pada 2 Maret 2007 dibentuklah KSM Aneka Rasa guna mewadahi anggota dan menjamin kelangsungan kegiatannya. KSM yang diketuai oleh Rusdi dan beranggotakan Ali Citra, Satria, Faqih, dan Harry ini lalu mengajukan usulan kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan pembuatan Telur Asin Aneka Rasa. Proposal yang diajukan mendapatkan respon cukup bagus dari BKM dan masyarakat. Bahkan, beberapa warga tidak sabar untuk segera mengikutinya.

Pelatihan yang dimulai pada April 2007 itu diikuti oleh 38 peserta, terdiri dari 21 orang perempuan dan 17 orang laki-laki. Dana pelatihan yang diajukan dan disetujui dalam proposal adalah Rp 3,5 juta, ditambah swadaya sebesar Rp 750.000. Seluruh dana tersebut digunakan untuk membeli bahan baku dan peralatan yang diperlukan. Seluruhnya dibeli dari pasar tradisional di Kota Tanjung Karang. Bertindak sebagai instruktur pelatihan adalah sang koordinator BKM Robby, dibantu oleh Faqih, salah seorang anggota KSM.

Dalam pelatihan tersebut berbagai percobaan untuk mengekstrak telur asin dengan rasa jeruk, rasa mangga, rasa strawberry, durian, melon dan udang pun dijalankan. Proses pembuatan telur ini cukup mudah, karena hanya dilakukan dalam tiga tahapan. Pertama, pembuatan telur asin. Kedua, pengolahan buah-buahan yang akan dijadikan sebagai pemberi rasa. Ketiga, proses ekstraksi (pemberian rasa pada telur asin).

Mula-mula telur bebek dibersihkan dengan ampelas agar kulit telur licin dan menipis, supaya rasa aneka buah mudah meresap ke dalamnya. Selanjutnya telur dilumuri abu gosok yang sudah dicampur air dan garam, lalu disimpan di dalam tempat tertutup selama 1 – 2 minggu agar rasanya terasa. Setelah itu telur dibersihkan dengan air sabun. Jika perlu disikat hingga bersih, lalu dibilas dengan air.

Tahap kedua adalah menyiapkan buah-buahan yang akan dijadikan sebagai pemberi rasa pada telur bebek. Setelah dibersihkan (kecuali jeruk) semua buah-buahan dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke blender, dengan tambahan gula putih dan air secukupnya. Karena proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan alat suntik, maka penggilingan buah-buahan itu dilakukan hingga tiga kali, agar didapatkan saripati yang benar-benar halus. Hasilnya kemudian disaring hingga dua kali penyaringan, agar tidak tertinggal butiran sekecil apapun, karena lubang jarum suntik yang digunakan sangat kecil, sehingga berpotensi mampat.

Tahap ketiga adalah proses pemberian rasa telur asin dengan mengekstrak buah-buahan ke dalam telur asin. Pertama dibuat dua lubang di tengah bagian atas telur bebek. Lubang satu untuk memasukkan sari buahnya dan lubang lainnya sebagai jalan keluarnya putih telur. Selanjutnya, jarum yang sudah diberi sari buah-buahan tadi disuntikkan ke salah satu lubang yang sudah dibuat, hingga mencapai kuning telur. Setelah itu lubang ditutup dengan isolasi (cellotape), kemudian di kocok agar sarinya menyebar ke semua bagian telur.

Nah, terakhir telur yang sudah diberi rasa buah-buahan atau udang tersebut dimasukkan ke dalam air panas yang telah diberi air santan, dan direbus selama 45 – 60 menit. Jangan lupa, pemberian air santan dilakukan setelah air mulai panas, tapi tidak sampai mendidih. Tujuannya adalah menghilangkan bau amis telur. “Ternyata cukup mudah, dan kami mendukung penuh pengembangan kegiatan ini,” tegas Lurah Pasir Gintung Joko Pratikyo di sela-sela pelatihan.

Diliput berbagai Stasiun Televisi

KSM Aneka Rasa tidak berhenti berkreasi meski pelatihan telah selesai. Dengan difasilitasi langsung oleh koordinator BKMnya, 30 orang peserta pelatihan pengolahan telor asin aneka rasa diorientasikan produktivitasnya kepada semua pihak. Lima di antaranya melanjutkan dengan memproduksi telur asin aneka rasa, memanfaatkan modal awal dari swadaya masing-masing anggota sebesar Rp 300.000, dan alat yang sudah dibeli dari dana pelatihan.

Dari modal awal itu, KSM Aneka Rasa kini mampu memproduksi telur asin aneka rasa hingga 5.000 butir. Hingga kini KSM tersebut terus melipatgandakan produksinya tanpa memikirkan keuntungan terlebih dahulu, karena masih fokus pada upaya pemenuhan pesanan para pelanggan. Salah satu hal yang memotivasi dan diharapkan oleh para anggota KSM ini adalah kepercayaan dari masyarakat dan dukungan pemerintah.

Gayung pun bersambut. Walikota meminta KSM Aneka Rasa mengikuti acara Walikota Fair yang diadakan oleh Pemerintahan Kota Bandar Lampung. Bahkan mereka disediakan gerai khusus untuk memamerkan hasil-hasil karyanya selama berpartisipasi sebagai KSM dalam PNPM-P2KP. Usai mengikuti pameran, KSM Aneka Rasa tak henti-hentinya diliput oleh media, termasuk beberapa stasiun televisi nasional seperti adalah Indosiar, Trans TV, Anteve, Metro, TPI dan televisi lokal (TV Lampung).

Hal ini semakin memotivasi KSM Aneka Rasa untuk terus berkembang dan terus bereksperimen agar hasil produksinya tetap menjadi konsumsi yang digandrungi berbagai kalangan, baik orang tua, remaja maupun anak-anak. Hingga akhirnya timbul ide baru untuk menjadikan telur asin sebagai camilan dengan sambal saos. Bahkan, kini tengah digagas keripik yang berasal dari batang pisang (gedebog) sebagai teman telur asin aneka rasa.

Butuh Dukungan Pemerintah dan Kelompok Peduli

Karena rasanya berbeda dengan telur asin biasa, mulailah mengalir pesanan dari berbagai kalangan dan berbagai event. Di dalam mengembangkan usaha baru, sudah barang tentu muncul berbagai masalah yang dirasakan. Tidak terkecuali, KSM Aneka Rasa yang menemui kendala, antara lain, kurangnya modal guna menambah kapasitas produksi, karena kewalahan dengan banyaknya pesanan.

Lalu, sulitnya mendapatkan bahan baku, seperti telur bebek dan buah-buahan penambah rasa, karena hingga kini bahan-bahan tersebut masih dibeli di pasar tradisional di sekitar Kelurahan Pasir Gintung. Meski demikian, untuk bahan buah stroberi, KSM sudah bermitra dengan petani stroberi yang berlokasi di Lembang Jawa Barat.

Lebih lanjut, belum ada surat izin resmi dari Departemen Kesehatan, sehingga KSM masih takut mempromosikan hasil produksinya lebih luas.

Selain itu, peralatan masih sederhana, sehingga produksinya terbatas. Sebenarnya ada propinsi lain yang mengajak bermitra terkait peralatan yang lebih moderen, tetapi hal itu masih sedang dalam pembicaraan

KSM Aneka Rasa membutuhkan perhatian pemerintah setempat untuk mengatasi masalah ini. BKM diharapkan dapat lebih berperan dalam menjaring channel agar KSM dapat bermitra dengan peternak bebek atau penghasil bahan baku yang dibutuhkan, terutama yang berlokasi di Propinsi Lampung agar bisa saling bekerjasama dan menguntungkan (simbiosa mutualisme).

Bukankah dukungan pemerintah dan kelompok peduli setempat akan memotivasi KSM-KSM untuk saling bermitra dan meningkatkan produktivitasnya? Pada gilirannya kemiskinan hanya dapat ditanggulangi secara kolektif oleh berbagai pihak yang difasilitasi oleh pemerintah. (Tim USK Sosialisasi P2KP-3/KMW XI P2KP-3 Lampung; Nina)

BISNIS IKAN PRESTO

kalau Anda pernah bepergian ke KotaSidoarjo, ada beberapa makanan khas daerah ini. Makanan khastersebut antara lain : Kupang Lontong, Aneka Kerupuk, dan yang
cukup menarik adalah Bandeng Presto. Di Sidoarjo, bandeng presto
yang ukurannya cukup besar, bisa dengan mudah Anda temukan di
sepanjang jalan utama kota

Bagaimana peluang bisnis bandeng presto ini ?

Bapak/Ibu sutan muda harahap,

Peluang bisnis bandeng presto cukup menarik dan mudah untuk
memulainya. Bahan baku bandeng bisa Anda dapatkan dengan mudah.
Proses pembuatannya juga tidak sulit dan tidak lama.

——————–
Resep Bandeng Presto
——————–

Bahan:
1 kg (2 ekor) bandeng segar, buang insang dan isi perutnya
1 sdm ragi tapai, haluskan
2 sdm garam
3 sdm air asam Jawa
10 lembar daun salam
10 cm lengkuas, iris, memarkan
2,5 liter air

Bumbu, haluskan:

14 butir bawang merah
7 siung bawang putih
4 cm jahe
4 cm kunyit
1 cm garam

Cara membuat:

Sayat bagian perut bandeng. Cuci bersih bandeng lalu
tiriskan.Lumuri bandeng dengan ragi dan garam. Diamkan selama 1
jam. Olesi bandeng dengan bumbu halus hingga rata. Taruh bandeng
berbumbu di atas keranjang mesin. Beri daun salam dan
lengkuas.Masak hingga matang. Masak selama sekitar 30 menit. Angkat
dan tiriskan.

——————————

Bapak / Ibu sutan muda harahap

Mesin-mesin untuk usaha bandeng pesto antara lain :

- Mesin / alat pemasak presto. Fungsi mesin ini mengukus bandeng
pada tekanan tinggi, namun terkontrol. Untuk skala industri, kami
menyediakan mesin presto kapasitas 10-50 kg / proses. Lama proses
30-45 menit (kondisional).

Detail mesin, klik http://www.mesinpresto.com

- Mesin pengemas. Fungsi mesin untuk mengemas presto dalam kemasan
plastik. Pengemasan presto, bisa menggunakan kemasan biasa (hand
sealer, pedal sealer atau continuous sealer). Yang lebih bagus
menggunakan mesin vacuum sealer, sehingga presto bisa lebih tahan
lama. Detail vacuum sealer bisa Anda lihat di http://www.mesinpresto.com

—————————-

Demikian, semoga bermanfaat untuk Bapak / Ibu sutan muda harahap

Erdini Enggar, SP
Assistant Director
PT Toko Mesin Maksindo

BUDIDAYA IKAN BELUT

1. SEJARAH SINGKAT

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat

memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka

memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di

rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut

mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan

menjadi salah satu komoditas ekspor.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,

Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada

di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru

merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai

pos penampungan.

3. JENIS

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Synbranchoidae

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 6

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340

Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Famili : Synbranchidae

Genus : Synbranchus

Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus

albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut

kali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut

kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut

sawah.

4. MANFAAT

Manfaat dari budidaya belut adalah:

1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.

2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

3) Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis

yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran

rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah

hujan tidak ada batasan yang spesifik.

2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan

tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara

25-31 derajat C.

4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan

osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.

Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih

kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan

antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih

belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan

kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang

masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 6

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340

Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan

belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.

2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya

dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.

3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan

(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut

remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam

belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100

ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya

tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran

3-50 cm.

4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan

dasar bak tidak perlu diplester.

5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada,

alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan

lainnya.

6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk

kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong

untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun

dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan

ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan

organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan

kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik

+ air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media

tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah.

Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.

6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit

a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang

berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan

masing-masing tahapannya selama 2 bulan.

b) Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit

diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.

c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.

Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm

dan belut jantan berukuran ± 40 cm.

d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor

pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu

pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 6

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340

Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut

berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk

ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut

dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam

pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut

tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa

diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau

empat bulan.

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih

selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin

agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik

lagi apabila di air yang mengalir.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang

subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik

utama.

2) Pemberian Pakan

Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat

besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.

3) Pemberian Vaksinasi

4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam

agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu

kehidupan belut.

2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut

antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan

ikan gabus.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 6

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340

Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering

menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak

banyak diserang hama.

7.2. Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh

organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang

berukuran kecil.

8. PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :

1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.

2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi

(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).

Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan

peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing

atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9. PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,

penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar

belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga

mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada

tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi

a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-

b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-

c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-

d. Lain-lain Rp. 30.000,-

Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-

2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

3) Keuntungan Rp. 422.000,-

4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran

mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan

ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka

akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya

(Anggota IKAPI). Jakarta.

2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;

Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Editor : Kemal Prihatman

BUDIDAYA IKAN GURAME

1. SEJARAH SINGKAT

Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar,

bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarnakekuningkuningan/

keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae,

keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari

perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia,

Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat

dibanding ikan air tawar jenis lain.

Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami, Gurameh, orang Sumatra ikan

kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris

menyebutnya “Giant Gouramy”, karena ukurannya yang besar sampai

mencapai berat 5 kg.

2. SENTRA PERIKANAN

Daerah di Indonesia yang menjadi sentra perikanan yaitu: Sumatera, NTB dan

Jawa. Sedangkan di luar negeri yaitu: Thailand, Jepang dan Filipina.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

3. JENIS

Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut:

Klas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Labyrinthici

Sub Ordo : Anabantoidae

Famili : Anabantidae

Genus : Osphronemus

Species : Osphronemus goramy (Lacepede)

Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa,

gurami jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Empat terakhir banyak

dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibanding gurame jenis lain,

porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika induk bastar dalam tiap

sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur, porselen mampu

10.000 butir. Karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan

paling banyak diunggulkan.

4. MANFAAT

Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,

tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat

menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat

pematang/dinding kolam.

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%

untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3) Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada

ketinggian 50-400 m dpl.

4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam

tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia

beracun, dan minyak/limbah pabrik.

5) Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang

mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan

gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air

yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan

secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.

6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.

7) Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara

lain:

a. Kolam penyimpanan induk

Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan

kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam

tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm

dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.

b. Kolam pemijahan

Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan

kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi

(tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan

adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100

cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur

berupa injuk atau ranting-ranting.

c. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan

Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam

antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama

pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu,

pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

d. Kolam pembesaran

Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan

membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam

pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah

penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.

e. Kolam/tempat pemberokan

Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan

Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:

a. Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m2).

b. Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian

bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.

c. Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air.

Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan

air.

d. Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi.

Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan

tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam

dibuat miring ke arah pintu keluar air.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

e. Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu

masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.

f. Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang

disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu,

agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta

menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.

2) Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame

diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu

untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,

baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg),

cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar

kekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan

gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan

panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat

menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk

mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur

yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara

terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan

penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),

sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk

menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),

scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),

seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk

segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

6.2. Pembibitan

1) Pemilihan Induk

Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:

a. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.

b. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).

c. Ukuran kepala relatif kecil

d. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.

e. Gerakan normal dan lincah.

f. Bentuk bibir indah sepertipisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.

g. Berumur antara 2-5 tahun.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah

sebagai berikut:

a. Betina

- Dahi meninjol.

- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.

- Dagu putih kecoklatan.

- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.

- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b. Jantan

- Dahi menonjol.

- Dasar sirip dada terang keputihan.

- Dagu kuning.

- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.

- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

2) Pemeliharaan Induk

Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m2) disimpan dalam

kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan.

Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan

sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa

dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan

takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.

3) Pembenihan

Bila proses pematangan gonada (kandung telur dan sperma) di kolam

penampungan sudah mencapai puncaknya, induk segera dimasukkan dalam

kolam pemijahan. Adapun cara pemijjahan ikan gurame adalah sebagai

berikut:

a. Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari, perbaiki tanggul dan

dasar kolam.

b. Lakukan pengapuran dan pemupukan. Pemupukan dasar dengan pupuk

kandang dosis 7,5 kg/100 meter persegi dan biarkan selama 3 hari.

c. Tanami dasar kolam dengan tanaman ganggang buntut anjng

d. Isikan air yang telah dicampur dengan pupuk buatan TSP sebantak 500

gram/100 meter persegi, biarkan selama 1 minggu kemudian isikan air

hingga kedalaman 75 cm.

e. Untuk kolam seluas 100 meter persegi bisa disebar induk sebanyak 30

ekor betina dan 10 ekor jantan. Setelah pemijahan berlangsung, 1-2 hari

induk betina akan melepaskan telur-telurnya ke dalam sarang yang

kemudian disemproti sperma oleh si jantan sehingga terjadi pembuahan

sel telur. 20-30 hari kemudian, induk-induk yang terpelihara baik akan

berpijah lagi dan beberapa hari kemudian telur akan menetas.

4) Pemeliharaan Bibit

Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan

pada kolam pendederan atau disawah sebagai penyelang. Dalam

pelaksanaan pendederan adalah melakukan pengeringan kolam atau sawah,

pemupukan, perbaikan pematang dan pemasangan saringan atau perbaikan

pipa-pipa pada pintu pemasukan atau pengeluaran air.

Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30

ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan.

Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau

daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan ratarata.

Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas

diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak tanah untuk 100

ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun

monokultur.

a) Polikultur

Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau

lele. Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame

yang cukup lambat.

b) Monokultur

Pada pemeliharaan gurame tersendiri, bibit yang disebar minimal harus

berumur 2 bulan. Penebaran bibit sejumlah 500 ekor (ukuran 10-15 cm)

diperlukan luas kolam sekitar 1500 meter persegi

2) Pemupukan

Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk kandang. Pada

umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan,

dengan maksud untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan.

Tahap pertama pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada

saat ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk

tiap 100 m2 kolam, air disisakan sedikit demi sedikit sampai mencapai

ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari.

Pada tahap berikutnya pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk

buatan seperti TSP atau pupuk Urea sebanyak 500 gram untuk setiap 100

m2 kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan merata ke setiap

dasar dan sudut kolam.

3) Pemberian Pakan

Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya, namun

di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan

alternatif yang sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun

pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun,

labu dan dadap.

Pemberian makanan yang teratur dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi

dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk-induk

gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali

setahun berturut-turut selama 5 tahun.

4) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan

pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih

disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang

disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit.

Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya

gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat

penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya

adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut.

Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk

mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban

gerakannya.

Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri,

virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit

yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:

1) Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama

di bagian dada, perut dan pangkal sirip.

2) Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi

pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu

3) Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri.

Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan

dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala

stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan

pinset.

Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya,

dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:

1) Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK)

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

a. Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak

penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.

b. Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air.

c. Rendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut selama 30-60

menit dengan diawasi terus menerus.

d. Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari

kemudian.

2) Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan

2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan

tersebut dilarutkan dalam air hingga konsentrasi 0,1% Neguvon lalu

disiramkan ke dalam kolam yang telah dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.

3) Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang sulit

mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya: (1) siapkan wadah yang diisi air

bersih. setiap 100 cc air bersih dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai

rata; (2) ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat

ini berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja. (3) Setelah itu

segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk selanjutnya

dipindahkan kembali ke dalam kolam; (4) pengobatan ulang dapat dilakukan

3-4 hari kemudian dengan cara yang sama.

7.2. Hama

Bagi benih gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari ikan

liar/pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan

sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung

pemangsa.

8. PANEN

8.1. Penangkapan

Pemanenan benih dapat dilakukan setelah benih berumur 1 bulan. Caranya

dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air masuk

diperkecil. Pasanglah jaring lembut di pintu pengeluaran untuk menampung

benih atau bisa juga dengan membuat parit di tengah kolam menuju ke lubang

pengeluaran. Bibit yang terawat baik bisa mencapai bobot 0,3 gram/ekor pada

saat dipanen.

Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame sangat tersantung dari ukuran yang

diminta konsumen. Umumnya pemanenan dilakukan setelah ikan berumur 2-3

tahun, ikan yang berumur 2 tahun mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berat

0,3 kg/ekor, sedangkan untuk ikan yang berumur 3 tahun panjangnya sekitar 35

cm dan berat badan 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat

mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor. Adapun cara penangkapan: air

disurutkan sedikit demi sedikit, penangkapan dilakukan pada pagi hari. Hindari

cara penangkapan yang dapat menyebabkan ikan terluka.

8.2. Pembersihan

Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil. Kemudian diserok

dan dimasukkan ke dalam keranjang panen. Biasanya waktu panen tidak hanya

gurame saja yang tertangkap, sehingga sebelum ikan dimasukkan ke kolam

pemberokan, harus diseleksi dan dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan

benih dilakukan selama 1 hari. tujuannya agar ikan tidak mabuk sewaktu

diangkut ke pasar. Lamanya pembersihan disesuaikan dengan besarnya benih.

9. PASCAPANEN

1) Penanganan ikan hidup

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam

keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke

konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:

a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat

C.

b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.

c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segar

Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang

perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:

a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.

b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak

dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan

daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan

seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi

kotak maksimum 50 cm.

3) Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.

Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan

jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian

ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es

lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian

juga antara ikan dengan penutup kotak.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan pascapanen

benih adalah sebagai berikut:

1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan

tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong

plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan

penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air

sumur yang telah diaerasi semalam.

3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.

Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan

aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m

atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat

menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5

cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran

benihnya.

4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi

menjadi dua bagian, yaitu:

a. Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak

memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap

keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar

5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

b. Sistem tertutup

Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu

lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media

pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer

Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang

diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam

kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan

kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan

ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga

(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik

dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos

yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat

diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan

adalah sebagai berikut:

1) Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam

10 liter air bersih).

2) Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam

setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik

terjadi perlahan-lahan.

3) Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2

menit.

4) Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan

benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan

dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat

juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin

sebanyak 4% selama 3-5 menit.

5) Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya ikan gurame untuk 6 empang selama 1 bulan di

daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksi

a. Sewa lahan 6 empang @ Rp. 80.000,-/bulan Rp. 480.000,-

b. Benih per empang 4000 ekor @Rp 150,- Rp. 3.600.000,-

c. Pakan

- Postal per empang 7 karung @ Rp 10.000,- Rp. 420.000,-

- Rambo per empang 5 karung @ Rp 2.500,- Rp. 75.000,-

d. Obat

- Super tetra per empang 2 tablet @ Rp 1.000,- Rp 12.000,-

e. Tenaga kerja 2 OH @ Rp 20.000,- Rp. 40.000,-

f. Lain-lain (pemeliharaan) Rp. 460.700,-

Jumlah biaya produksi Rp. 5.089.700,-

2) Penerimaan per empang 4000 ekor @ Rp. 400,- Rp. 9.600.000,-

3) Keuntungan Rp. 4.510.300,-

4) Parameter kelayakan usaha

B/C Rasio = 1,89

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan gurame, mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi.

disamping rasanya yang lezat dan empuk, ikan ini pun digemari banyak orang.

Sudah menjadi tradisi dalam setiap kendurian, ikan gurame selalu menjadi

syarat utama hidangan. Disamping rasanya itu, perawatannya pun tidak terlalu

sulit dan tidak memakan banyak biaya, sehingga banyak petani ikan yang mulai

menggemari, membudidayakan ikan ini, karena harga dari setiap bibitnya yang

murah dapat menghasilkan keuntungan 3 kali lipat dari harga bibit. Harga dari

ikan gurame di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bobot ikan tersebut.

Ikan gurame dengan berat 1,5 kg dapat mencapai harga Rp 6.000-Rp 8.000

tergantung keadaan pada saat itu.

TIPS………

Saya ambil dari Trubus. Konon ini berasal dari petani gurami desa Kemranjen, Purwokerto. Kalau dirasakan produksi telur gurami menurun sampai 50%, bahkan yang seharusnya 1500-2000 ekor per sarang (saya mengalami 75 butir persarang), maka pertanda ikan gurami anda perlu makanan ceplok telor bebek. Pertama, dedak dicampur dengan telur bebek sebanyak 2 butir per sarang. Tapi jangan lupa, dedak sekalipun dicampur putih telor bebek plus kuning telor bebek tidak akan menjadi sekeras adonan semen tembok kraton Yogyakarta, yang konon waktu pembuatannya pakai telor (atau malahan para tukang-bangunannya harus punya dua telor). Uups!

Untuk itu, menurut saya sebaiknya dedak diseduh dengan air mendidih supaya mengental, baru setelah dingin di campur dengan 2 telor bebek.

Lalu, anda cari karung plastik bekas penjual sayur membungkus cabe, jadi yang ada bolong-bolongnya. Bentangkan karung plastik di tengah kolam dengan cara menarik ke empat sisinya dengan 4 buah tonggak bambu. Jadi ketika anda meletakkan adonan tadi, sang ikan akan menyedot ramuannya dari bawah karung plastik. Sedroot, sedroot.

Bau amis telur bebek tadi memang merangsang berahi gurami.

Dan menurut saya dan pengalaman beberapa peternak gurami, saat ikan anda bertelur, jangan diberi pelet terlalu banyak. Pelet dibuat untuk menggemukkan ikan, bukan untuk menyehatkan kandungan. Dan ikan INDUKAN lebih suka kalau anda berikan daun Alocasia macrohiza murah, dan mudah didapat

Teknologi Hapa Tingkatkan SR Benih Gurami 96%

Senyum sumringah menghias wajah Akhmad Munajat, peternak gurami di Singasari, Karanglewas, Banyumas. Keuntungan Rp15-juta dari sebuah kolam pembenihan sudah terbayang di depan mata. Gemerincing rupiah itu hadir berkat teknologi hapa. Teknik baru itu terbukti sukses meningkatkan kelulusan hidup (SR) larva umur 7 hari, hingga 80—95%.

Selama ini kematian larva umur 7 hari hingga 50% menjadi momok bagi Munajat. Musababnya kehadiran predator seperti katak, bibis, dan uncit sulit terelakkan. Perubahan suhu juga menjadi gangguan. Belum lagi ketika hujan, gurami-gurami kecil terbawa arus dan hilang. “Dari 5.000 benih, paling banyak 2.000—2.500 ekor selamat,” ujar kelahiran 11 Agustus 1961 itu. Enggan terus-menerus merugi, pensiunan guru Islamic School itu melakukan terobosan: memakai teknologi hapa di kolam pendederan.
Meski tergolong sederhana, teknologi hapa terbukti efektif. Bahan yang diperlukan cuma hapa atau strimin plastik ukuran lubang 1 mm, tali rafi a, batu, eceng gondok, dan media kultur plankton. Total biaya Rp200.000 untuk hapa ukuran 3 m x 5 m yang menampung 5.000 benih.

Efisiensi lahan
Sistem hapa memberi keuntungan lebih lantaran bahan dan alat bisa digunakan berkali-kali. Umur strimin mencapai 5 tahun. Bila setahun dilakukan 6 kali pendederan, berarti selama 5 tahun hapa bisa dipakai 30 kali. Efisiensi lahan pun dapat dilakukan. Dengan teknologi itu, kolam tak perlu dikeringkan layaknya cara konvensional. Satu kolam berfungsi ganda. Seluruh kolam tetap digenangi air; sebagian untuk pendederan dalam hapa, sebagian lagi dimanfaatkan untuk budidaya ikan lain.
Kelebihan lain, teknologi hapa efektif mengisolasi predator. Katak, uncit, dan bibis bakal kesulitan menembus hapa yang berukuran kecil. Alhasil burayak pun aman di dalamnya sehingga panen seragam. “Jumlah makan tak berkurang karena hewan kompetitor tidak ada,” ungkap ketua Kelompok Tani Mina Mandiri itu. Panen di kolam berlangsung singkat karena cukup mengangkat seluruh hapa. Menurut Dr Triyanto, M.Sc., ketua Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM, teknologi hapa tergolong terobosan baru. Sistem itu meningkatkan produksi karena menekan tingkat mortalitas larva. “Hewan kompetitor bisa dikurangi sehingga tingkat keberhasilan pendederan gurami meningkat,” ujar Triyanto.

Ancaman air
Menurut Munajat, ide memakai hapa itu muncul setelah ia kerap menggunakan strimin sebagai penampung gurami ukuran konsumsi sebelum dijual. “Agar tak sulit menangkapnya saat pengepul datang,” tutur alumnus Universitas Islam Assyafi ah itu. Kemudahan itu pula yang kemudian dicoba saat pendederan. Akhir 2003, sebuah kolam 200 m2 tepinya dipasang hapa berukuran 3 m x 5 m. Agar posisi hapa kuat, setiap sudut hapa diberi tali yang diikatkan dengan pasak di tepi kolam. “Tidak seluruh hapa terendam air, tapi disisakan setinggi 40—50 cm di permukaan air,” ujar ketua Forum Gurami Banyumas itu. Luasan itu dapat menampung 5.000 benih.
Sebelum benih ditebar, masukkan campuran dedak, tepung ikan, dan kotoran hewan ke dalam hapa. Berselang seminggu daphnia, moina, dan fitoplankton lain bakal membanjiri hapa. “Benih akan tumbuh optimal bila lingkungan sekitarnya banyak pakan alami,” ungkap Triyanto.
Setelah benih ditebar, di atas hapa ditanami eceng gondok sebagai penahan air hujan. Selain itu akar Eichornia crassipes itu berguna sebagai sarang dan tempat bergelantungan burayak. “Hanya saja tanaman air jangan sampai melebihi sepertiga hapa,” tutur Munajat. Itu agar sinar matahari tetap masuk dan sirkulasi cahaya lancar. Sebulan berselang, benih ukuran biji oyong siap dituai. Jumlah panen mencapai 4.500— 4.800 ekor. Artinya tingkat keberhasilan sistem hapa mencapai 96%.
Kelemahan hapa, larva mati bila bila lubang strimin tersumbat lumut. Untuk mengurangi risiko itu, bagian tepi hapa mesti dibersihkan dengan sikat atau cukup di-kucek perlahan dengan kedua tangan seminggu sekali. (
Hanni Sofia/)

11. DAFTAR PUSTAKA

1) RUSDI, Taufiq. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek, 1987

2) SITANGGANG, M. Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya, 1999

3) ____________. Kumpulan Gurame Kliping Ikan. Jakarta : trubus, 1997

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;

Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Editor : Kemal Prihatman