Selasa, 28 Juni 2011

BUDIDAYA IKAN LELE

1. SEJARAH SINGKAT

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan

kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara

lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan

Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa

Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond

(Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).

Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.

Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai

dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.

Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam

hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat

gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.

2. SENTRA PERIKANAN

Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di

Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970

kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan

mencapai 1200 kg/Ha.

3. JENIS

Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986)

adalah:

Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Phyllum : Chordata

Sub-phyllum : Vertebrata

Klas : Pisces

Sub-klas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidea

Familia : Clariidae

Genus : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera

Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih

(Padang).

3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),

wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).

4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera

Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).

5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan

penang (Kalimantan Timur).

6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat

fish, berasal dari Afrika.

4. MANFAAT

1) Sebagai bahan makanan

2) Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan

pajangan atau ikan hias.

3) Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas

hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan

alami ikan lele.

4) Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk

mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung

berdarah, kencing darah dan lain-lain.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah

liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat

digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam

pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.

2) Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang

tingginya maksimal 700 m dpl.

3) Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.

4) Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat

dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.

5) Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi

tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.

6) Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280

C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-

300C dan untuk pemijahan 24-280 C.

7) Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya

cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.

8) Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri,

atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan

ikan.

9) Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan

bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.

10) Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daundaunan

hidup, seperti enceng gondok.

11) Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100

ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60

cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk

yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari

12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.

12) Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :

a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.

b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.

c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.

d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah

dipasang.

e. Kedalaman air 30-60 cm.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak

terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk

dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan

lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.

Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari

pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya

harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih

diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang

dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.

Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :

- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50

- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40

- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit

a. Pemilihan Induk

1. Ciri-ciri induk lele jantan:

- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.

- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.

- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah

belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.

- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng

(depress).

- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele

betina.

- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor

akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).

- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.

2. Ciri-ciri induk lele betina

- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.

- Warna kulit dada agak terang.

- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna

kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.

- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.

- Perutnya lebih gembung dan lunak.

- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke

arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan

(ovum/telur).

3. Syarat induk lele yang baik:

- Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.

- Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil

supaya terbiasa hidup di kolam.

- Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung

kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

- Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan

lincah.

- Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina

berumur satu tahun.

- Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya

bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya

mengandung cukup protein.

4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai

berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang

betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam

tersendiri untuk dipijahkan.

5. Perawatan induk lele:

- Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi

makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging

bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet).

Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relatif

tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk

lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra

harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.

- Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari

berat total ikan.

- Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan,

sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya.

Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah

berumur 2 minggu.

- Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang

penyakit untuk segera diobati.

- Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran

tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.

b. Pemijahan Tradisional

1. Pemijahan di Kolam Pemijahan

Kolam induk:

- Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan

dasar tanah.

- Luas bervariasi, minimal 50 m2.

- Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian

dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian

tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk

bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.

- Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25

cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari

pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam

pendederan.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

- Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari

pipa paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk

lele.

- Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.

- Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam)

sebanyak 500-750 gram/m2.

- Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.

Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):

- Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk

menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).

- Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon

untuk mengalirkan rotifera.

- Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan

tumbuhnya rotifera.

- Luas kolam ± 10 m2.

Pemijahan:

- Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia

dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per

sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).

- Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi

selama 4 hari.

- Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti

cacing, ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah

berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .

- Biarkan sampai 10 hari.

- Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam

dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau

kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10

hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan

selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah

24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk

lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan

akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.

- Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan

cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih

dialirkan melalui pipa pengeluaran.

- Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan

diberi makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan

kepadatan 60 -100 ekor/m2.

- Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih lele.

Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam

hari.

2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan

Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:

- Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2

m dan tinggi 0,6 m.

- Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40×30 cm tanpa

dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan

diberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan

kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi

gelap.

- Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau

ember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.

- Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan

telur hasil pemijahan.

- Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan

formalin 40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas

lagi dengan air bersih dan keringkan.

Pemijahan:

- Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air

setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan

pada jam 14.00–16.00.

- Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah

± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan

dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik

adalah yang berwarna kuning cerah.

- Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva)

tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar

dapat diberi cacing dan telur rebus.

3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal

Penyiapan bak pemijahan secara masal:

- Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2×10 m2 atau

5×10 m2.

- Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran

30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih

dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu

lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.

- Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat

menempel telur hasil pemijahan.

- Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan

desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian

keringkan.

Pemijahan:

- Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak

pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama

banyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50

pasang untuk bak seluas 50 m2 (5×10 m2), setelah bak pembenihan

diairi setinggi 1 m.

- Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-

60 cm, induk beri makan secara intensif.

- Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas

lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25

cm.

- Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk

sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.

- Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telurtelur

dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.

- Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk

didederkan di kolam pendederan.

c. Pemijahan Buatan

Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang

ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan

hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar

hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:

- Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut

Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur

mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur).

Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi

sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang

baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).

- Mendorong nafsu sex (libido)

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit

a. Kolam untuk pendederan:

1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan

tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin,

sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan

melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air.

Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana

yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang

pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.

2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit

dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam.

Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik

berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.

3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk

mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa

plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa

plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.

4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.

Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan

mengatur ketinggian pipa plastik.

5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan

bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.

b. Penjarangan:

1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan

karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume

ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.

- Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :

- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.

- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu

mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan

yang lebih besar).

- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan

O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.

2. Cara penjarangan pada benih ikan lele :

- Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2

- Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2

- Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2

c. Pemberian pakan:

1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari

kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.

2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu

Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut

diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam

4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air.

Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir,

benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung

yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan

kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan

yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung

udang dan sedikit bubur nestum.

3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.

4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa

setiap hari.

5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.

6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.

7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.

d. Pengepakan dan pengangkutan benih

1. Cara tertutup:

- Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan

sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung

dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4

bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.

- Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya

tidak mudah pecah.

2. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:

- Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air

tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).

- Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan

sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran

10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau

10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk

menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami

bagi benih lele.

b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan

dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20

gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3

hari.

c. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan

selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau

kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh

sebagai makanan alami lele.

d. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.

2) Pemberian Pakan

a. Makanan Alami Ikan Lele

1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan

serangga air.

2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),

Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),

ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).

3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.

4. Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.

b. Makanan Tambahan

1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa

sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang

dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.

2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung,

dan bekicot (2:1:1).

c. Makanan Buatan (Pellet)

1. Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang

kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00;

tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00;

vitamin=1,00; mineral=0,500;

2. Proses pembuatan:

Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti

pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.

Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang

dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak

juga dapat memperlambat pellet tenggelam.

3. Cara pemberian pakan:

- Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan

diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan

yang berbentuk tepung.

- Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi

makanan yang berbentuk pellet.

- Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu

tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.

3) Pemberian Vaksinasi

Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:

a. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang

berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan

dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan

kebal selama 6 bulan.

b. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan

menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.

c. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam

lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.

4) Pemeliharaan Kolam/Tambak

a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk

memberantas hama dan bibit penyakit.

b. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti

semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2

malam.

c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan

dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.

Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian

dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama dan Penyakit

a. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu

kehidupan lele.

b. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele

antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan

gabus dan belut.

c. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering

menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak

banyak diserang hama.

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat

rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

1) Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas

hydrophylla

Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di

ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8

x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul

pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian:

memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air.

Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50

mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid

sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.

2) Penyakit Tuberculosis

Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna

gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan

limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring,

bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air

dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan

makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.

3) Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.

Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan

yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus

seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang

daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada

telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih

gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate

2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate

0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

4) Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis

Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang

amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius

multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di

permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan

insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding

kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.

Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada

campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green

Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang

segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.

5) Penyakit Cacing Trematoda

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing

Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus

menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka,

kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.

Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2)

Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam

larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4)

memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai

larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.

6) Parasit Hirudinae

Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala:

pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga

menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada

saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.

7.2. Hama Kolam/Tambak

Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor

penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :

1) Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti

dengan yang suhunya lebih dingin.

2) Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.

3) Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.

4) Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

8. PANEN

8.1. Penangkapan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:

1) Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu

dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.

2) Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4

bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan

ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.

3) Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu

kepanasan.

4) Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan

seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.

5) Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.

6) Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan

dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.

7) Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama

1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.

8) Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

8.2. Pembersihan

Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:

1) Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur

sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.

2) Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan

permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.

3) Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan

sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang

ada di kolam.

9. PASCAPANEN

1) Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum

dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul

kepalanya memakai muntu atau kayu.

2) Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena

dapat menyebabkan daging terasa pahit.

3) Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai

ragam masakan.


10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Bendosewu, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksi

a. Lahan

- Tanah 123 m2 Rp. 123.000,-

- Kolam 9 buah Rp. 1.230.000,-

- Perawatan kolam Rp. 60.000,-

b. Bibit/benih

- betina 40 ekor @ Rp. 12.000,- Rp. 480.000,-

- jantan 10 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-

c. Pakan

- Pakan benih Rp. 14.530.300,-

- Pakan induk Rp. 4.818.000,-

d. Obat-obatan Rp. 42.000,-

e. Peralatan

- pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-

- diesel 1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-

- sikat 1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-

- jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-

- bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-

- timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-

- alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-

- ciruk 5 bh @. Rp. 1.500,- Rp. 7.500,-

- gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-

- selang Rp. 90.000,-

- paralon Rp. 70.000,-

- Perawatan alat Rp. 120.000,-

f. Tenaga kerja Rp. 420.000,-

g. Lain-lain Rp. 492.000,-

h. Biaya tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-

Jumlah biaya produksi Rp. 5.045.600,-

2) Pendapatan Rp. 2.220.000,-

3) Keuntungan Rp. 7.174.400,-

4) Parameter kelayakan usaha 25%

5) BEP dalam unit (ekor)

- ukuran 1 1.138

- ukuran 2 325.049

- ukuran 3 65.010

- ukuran 4 6.501

- ukuran 5 11.377

- ukuran 6 260

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran

mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan

ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka

akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.

2) Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha.

C.V. Simplex. Jakarta.

3) Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V.

Simplex. Jakarta.

4) Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penerbit

Swadaya. Jakarta.

5) Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo.

Bhratara. Jakarta.

6) Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru.

Bandung.

7) Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;

Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Editor : Kemal Prihatman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar